ENREKANG, NIDC -- Desa Salukanan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, rupanya terdapat satu sekolah yang dinilai masih jauh dari kata layak. Sekolah tersebut bernama Madrasah Ibtidaiyah (MI) Guppi Balombong. Namun, warga setempat kerap menyebut sekolah itu dengan nama MIS Tombang.

Hembusan angin sepoi-sepoi, diselimuti dengan kayu yang sebagian sudah mulai lapuk, sampai buku pelajaran dengan kurikulum lama, menjadi gambaran mirisnya sarana yang dimiliki dan kata standar ruang pembelajaran pun rasanya sulit untuk diujarkan.

Raut wajah yang mengkerut, mungkin tak ingin ditampakkan para siswa. Sebab, ada cita-cita yang ingin mereka gapai dan telah ditanamkan sejak dalam pikiran.

Pemandangan itulah yang dirasakan oleh sejumlah delegasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJM) Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia, sejak Selasa (16/9), hingga Kamis (18/9).

Saat melaksanakan program 'Sekolah Binaan' bersama sejumlah rekannya, ia menyebutkan bahwa, keterbatasan itu bukan menjadi tembok penghalang bagi para siswa untuk menuntun ilmu. Lewat program ini juga, kata dia menjadi ajang berbagi pengalaman sekaligus penguatan motivasi bagi para siswa di MIS Tombang.

"Anak-anak tetap datang dengan senyum, membawa semangat yang lebih kokoh dari tembok sekolah mereka. sekolah ini bukan sekadar tempat belajar, melainkan simbol harapan bahwa mimpi besar bisa lahir dari ruang kecil yang sederhana," terangnya.

Disisi lain, program Sekolah Binaan ini bukan sekadar kunjungan singkat, tetapi bentuk komitmen mahasiswa untuk ikut mendorong pemerataan pendidikan di pelosok daerah. “Kami ingin hadir bukan hanya sekali. Harapannya, program seperti ini bisa terus berlanjut, agar ada pendampingan yang konsisten bagi guru dan siswa di sini,” tambahnya.