join_now_merah

Mahasiswa Teknik Industri dan Teknologi Hasil Perikanan Nobel Indonesia Jalani Kuliah Praktisi, Bahas Pengendalian dan Penjaminan Mutu Quality Control


18 December 2025 Nobel Indonesia Digital Creative

Mahasiswa Teknik Industri dan Teknologi Hasil Perikanan Nobel Indonesia Jalani Kuliah Praktisi, Bahas Pengendalian dan Penjaminan Mutu Quality Control
NIDC — Pentingnya penerapan Quality Control (QC) dalam dunia industri menjadi topik utama dalam kegiatan Kuliah Praktisi bertema Pengendalian dan Penjaminan Mutu (Quality Control) yang digelar bagi Mahasiswa program studi Teknik Industri dan Teknologi Hasil Perikanan (THP), Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia, pada Kamis (18/12). 

Kegiatan ini yang diberikan langsung oleh Dian Purnamasari Guntur, S.T., M.T., selaku Product Development Quality Control PT. Tirta Fresindo Jaya, Mayora Group, membuka wawasan peserta, ihwal peran strategis QC dalam mencegah kerugian perusahaan sekaligus menjaga kepercayaan konsumen.

Dalam pemaparannya, Dian menjelaskan bahwa pada masa awal berkembangnya industri, penyimpangan mutu produk baru diketahui setelah adanya pengembalian barang (retur) dari konsumen.  Kondisi tersebut terjadi karena belum adanya sistem pengaduan pelanggan seperti saat ini, di mana keluhan dapat disampaikan secara cepat melalui berbagai sosial media.  “Dulu, kualitas produk baru disadari bermasalah ketika konsumen mengembalikan barang. Itu jelas menimbulkan banyak kerugian,” ujarnya.

Lebih lanjut kata dia, produk yang tidak memenuhi standar mutu dapat memicu kerugian biaya produksi, mulai dari bahan baku, gaji karyawan, hingga biaya operasional yang telah dikeluarkan. Kerugian juga bertambah dengan adanya biaya pengembalian produk, termasuk transportasi penjemputan barang dari lokasi konsumen ke pabrik. “Dalam industri besar, satu komplain saja bisa berujung pada penggantian satu kardus penuh produk. Bahkan perusahaan harus menjemput langsung produk bermasalah di daerah konsumen,” jelasnya.

Tak hanya berdampak secara finansial, kegagalan menjaga mutu juga berpotensi menyebabkan hilangnya peluang pasar dan kepercayaan konsumen. Produk yang kualitasnya berubah atau menurun akan membuat konsumen ragu untuk membeli kembali, bahkan memengaruhi calon konsumen lain di sekitarnya.

Pada kesempatan tersebut, peserta juga dikenalkan dengan dinamika di internal pabrik, khususnya perbedaan sudut pandang antara Quality Control (QC) dan Production Planning and Inventory Control (PPIC). Jika PPIC berorientasi pada pemenuhan stok dan kelancaran produksi, QC justru berfokus pada penahanan atau penghentian produksi ketika ditemukan indikasi ketidaksesuaian mutu.

“QC sering kali harus mengambil keputusan tidak populer, seperti menahan produksi. Namun jika dihitung, biaya menahan produksi jauh lebih kecil dibandingkan biaya pengembalian produk,” tegasnya.

Dalam praktiknya, QC tidak hanya bekerja di akhir proses, tetapi hadir di setiap tahapan produksi. Mulai dari pemeriksaan sumber air, penerimaan bahan baku, bahan kemasan, hingga produk setengah jadi dan produk akhir. Setiap tahapan memiliki titik kritis yang harus diawasi guna mencegah cacat produk sejak dini. "Sebagai contoh, standar karton kemasan yang tidak sesuai spesifikasi dapat langsung ditolak dan dikembalikan ke pemasok. Langkah ini menjadi bentuk tindakan pencegahan, agar produk yang dihasilkan tetap memenuhi standar mutu perusahaan," tambah Dian.

Melalui kuliah praktisi ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami bahwa Quality Control bukan sekadar pemeriksaan akhir, melainkan sistem menyeluruh yang berperan penting dalam menjaga efisiensi biaya, kualitas produk, serta keberlanjutan kepercayaan konsumen di dunia industri.



Berita Lainnya