
MAKASSAR, NIDC — Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia berkolaborasi dengan Universitas Haluoleo (UHO) dan Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) menggelar Webinar bertajuk “Metaverse”, Kamis (18/8) kemarin.
Kegiatan yang berbasis daring itu, menghadirkan narasumber semisal Ir.Muhammad Nadzirin A, S.Kom, M.T. (Dosen UHO), Prof.Dr.Laode Masihu Kamaluddin (Rektor Universitas Insan Cita Indonesia), dan Dr.Muhammad Yasir, S.T., M.T., (Dosen Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia).
Rektor Nobel Indonesia, Dr.Ir.H.Badaruddin, S.T., M.M. dalam sambutannya menyebut kegiatan ini sangat penting untuk dicermati seiring perkembangan teknologi saat ini. “Bagi Nobel Indonesia, Metaverse bukan hanya penting dipahami nya dalam dunia pendidikan tetapi sebagai perguruan tinggi yg mengusung konsep Entrepreneur, Nobel Indonesia harus lebih bisa memahami implementasinya dalam dunia bisnis,” terangnya.
Sementara, Kaprodi Sistem dan Teknologi Informasi, Ir.Agunawan, S.Kom, M.Kom, mengatakan masyarakat kerap kali salah mempersepsikan arti dan makna dari Metaverse. Olehnya, kegiatan yang diusung pihaknya ini sangat penting untuk menyatukan dan menyamakan persepsi. “Tujuan utamanya yang kedua, ini kegiatannya (orodi) Sistem dan Teknologi Informasi (STI) yang pertama dalam rangka akreditasi STI. Ketiga, kita mau eksis bahwa Nobel itu punya perguruan tinggi komputer. Dan kita berani mengambil langkah yang strategis dan inovatif dimana setahu saya webinar metaverse itu belum ada,” katanya.
Dengan begitu, ia menegaskan bahwa Nobel selangkah lebih maju dari kampus lainnya. Tak itu saja, seminar ini merupakan bentuk tindaklanjut MoU yang sebelumnya ditandatangani oleh UHO belum lama ini.
“Ini kesepakatan tiga kampus webinar berbentuk road show. Dimulai oleh Nobel. Berikutnya itu UHO, waktunya belum kita tahu,setelah itu UICI akan terjadi seperti itu,” jelas Agunawan.
“Roadshow ini bersifat webinar, tapi tidak menutup kemungkinan (offline) bisa saja. Ini langkah awal. Kalau UHO kita sudah ada kerjasama kemudian UICI belum, sementara digagas. Jadi sebenarnya ini merupakan implementasi MoU, selama ini orang cuman MOU baru tidak ada tindaklanjut. Inilah wujudnya MoA. Bisa saja suatu saat nanti dosen Nobel berguru, karena harus kita sadari UICI selangkah lebih maju daripada dosen kita karena mereka lebih inovatif,” sambungnya.